Wejangan dari bunda yang selalu aku ingat adalah bahwa "hidup
ini sebuah pilihan nduk, kamu tinggal pilih mau warna putih atau abu - abu,
tergantung dari niat dan keikhlasan mu ketika menjalani ini semua "..that
it's..simpel memang ketika didengar, tapi begitu diaplikasikan semua nya berasa
jalan namun kedua kaki diikat oleh sebuah tali, terasa berattttt nya, terseok -
seok dan entah kapan akan sampai dititian akhir sebuah muara.
Bismilahirohmanirrohim |
Dan, bukan hal yang mudah ketika harus memutuskan
"patuh" terhadap sesuatu yang wajib dijalankan untuk seorang muslimah
yaitu berhijab. pergulatan batin yang "up" dan kadang - kadang
"down".mengembara kesana kemari mencari sesuatu yang ku rasa bahagia.
Melihat keadaan disekeliling bahwa ternyata hanya diri kita sendiri yang harus
merubah dan mampu menahan ego duniawi. ego yang dan keakuan ku sebagai hamba
yang membiarkan deretan antrian keinginan semakin berwarna sehingga
menanggalkan kewajiban ku sebagai mana sudah tertuang dalam kitab suci
Al-Quran. adapun perintah berhijab tertuang dalam surah An-Nur ayat 31 : " Dan hendaklah mereka menutupkan
khimar (kain kerudung) mereka ke dada mereka".
Teringat perkataan seorang sahabat terbaik ku ketika bincang -
bincang tentang hijab, bahwa hidayah bisa datang dengan sendirinya atau kita
yang menjemput. Denger nya sih enak begitu dia ngomong, pada saat itu hanya ku
dengarkan saja sembari lumayan pusing menelaahnya dan mencoba ku masukkan dalam
rasional berjalan ku. kemudian ketika ada salah satu statment seorang aktis
favorit ku, beliau mengatakan bahwa berhijab itu bukanlah bukan sebuah
keinginan namun sebuah kewajiban seorang muslimah yang sudah tertuang dalam
AL-Quran...emmmm amat sangat menusuk hati dan mengena sekali rasional ku.satu
kata pada saat mendengar ucapan beliau, Subahannallah...iya juga ya...
Selama satu bulan ku rasakan ada yang mulai aneh dalam diri
ini.setiap selesai menjalankan shalat selalu muncul sekelebat khimar (kain kerudung).Hampir disetiap
jalan berangkat dan sepulang ku dari bekerja selalu ditunjukkan para kaum hawa
dengan hijab nya.Mulai merasakan sulit tidur karena dibayang – bayangi dengan khimar (kain kerudung).Pada saat
bercermin, beberapa kali sudah mulai merasakan “jelek” nya wajah ku dan tampak
seperti banyak beban yang sedang ku pikul.aahhhh rasanya satu bulan ini hati
dan logika ku kaya digulung – gulung dan dicuci dalam mesin cuci, dimasukkan
kemudian mutar – muter ga karuan.kalau kata kata ABG jaman sekarang “lagi galau
segalau – galau nya”…
Namun, ada satu titik dimana semua nya kian ku rasa kan bulat tuk
memutuskan berhijab. Ada satu alibi positif bersinergi yang semakin kuat ku rasakan pada
saat itu tentang sebuah doa. Apa mungkin selama ini doa – doa yang ku panjatkan
belum juga dikabulkan oleh Allah lantaran aku belum patuh dengan Nya? Dengan segala
kewajiban yang ku tunda?Apa lagi yang aku tunggu didunia ini selain cari bekal
untuk pulang ke alam yang sebenarnya?kalau aku mati besok ga akan bisa cium bau
surga? Etc….
Bismillahirohmanirrohim, 29 Maret 2014 dengan media hijrah ku ke Jakarta, ku gunakan sebagai moment ku untuk berhijab. Berangkat dari nol, semoga sekembalinya dari Jakarta jadi berlipat – lipat nilai kebaikan nya.Dan tak lupa aku memohon izin kepada ibu dan bunda ku.aku tahu keduanya dengan fikiran masing – masing menterjemahkan dan menyambut keputusan ku.Membiarkan diri ini dengan pilihan nya, dan terus belajar mencari apa yang dirasa dalam diri nya masih kurang lengkap.
Ku lewati perubahan baru ini dijakarta, tanpa ada rasa
canggung karena sengaja ku buat biasa saja dan bukan suatu beban yang harus
disesali dan diributkan.Biarkan aku belajar untuk lebih bertanggungjawab lagi
dengan sebuah pilihan hidup ku.
Sekembalinya dari Jakarta dengan perubahan baru, sisi mental
terbesar ku yang paling berat adalah ketika aku harus memperkenalkan sisi baru
ku kepada pimpinan, teman kerja dan mahasiswa.Pergulatan yang luar bisaaaaaa
besar, namun ku coba tepis. Begitu masuk ruangan kerja semua mata tertuju pada
ku.Grogi sih rasa nya diliatin cuman sudah lah, inilah mau ku, ini lah pilihan
ku.
Ucapan selamat pun banyak ku dapat. Pro dan kontra sudah ku
prediksi terjadi. Dan Alhamdulillah lebih banyak yang menyukai perubahan ini.Great….namun ada beberapa statement dari
beberapa orang yang amat sangat membuat ku geleng – geleng ga habis pikir.
Kalimat pertama ketika beliau bertemu dengan ku adalah “ngapain kamu pakai
jilbab sekarang? Kan belum menikah?...jilbab itu bikin rambut banyak uban nya…gimana
laki – laki mau lihat fisik kamu kalau ditutup…dan siap – siap kamu kalau pun
sudah memakai jilbab tapi belum juga kamu menikah, siap – siap untuk untuk
dijadikan istri ke dua, atau pun yang datang ke kamu laki – laki anak satu atau
pun dua “….arrrrrggghhh pada saat itu aku hanya beristigfar dalam hati sembari
berfikir “ini yang ngomong barusan orang bukan ya”…persekian detik aku hanya
merasionalkan semua ucapan seseorang ini dengan berargumen dalam hati, apakah
ini salah satu umat yang tak percaya akan Takdir dan scenario dari Mu Ya Allah sampai
dia bisa bilang seperti itu? Apakah tolak ukur untuk memperoleh seorang
pendamping hanya terletak di satu titik penilaian berupa fisik?..bukankah Allah
telah menciptakan kita sebagai hamba Nya untuk berpasang – pasangan …berasa ada
tanduk nya ini kepala dengar statement “nyeleh” nya sang ilmuwan..tapi sudahlah…biar
waktu yang menjawab untaian doa dan keinginan ku tentang cita dan cinta ku. Rasanya
terlalu tidak bijaksana ketika kita “menjudge” scenario Allah. Karena ku yakin
tidak ada sungai yang tak memilik muara, tidak selalu ada air mata tapi juga
tawa akan allah hadiahkan untuk kita yang sabar.gitu aja kok repot.
Aku hanya ingin belajar ilmu Arif yang di contoh kan Rasulullah. Beliau pernah dilempari kotoran setiap kali
melewati rumah seorang Yahudi, tapi beliau tidak membalas dendam dan sakit
hati. Pada kali yang keempat lewat di depan rumahnya, beliau justru merasa
heran, kenapa orang yang biasa melemparinya dengan kotoran busuk itu tidak
mengulangi lagi perbuatannya. Setelah diselidiki, ternyata orang Yahudi
itu sakit. Beliau malah merespon positif dengan mendatangi rumahnya untuk
menjenguk dan mendoakan kesembuhannya.Melihat perlakuan Nabi SAW yang luar
biasa arif, Yahudi itu malu dan sempat menduga kedatangan rasul untuk membalas
dendam. Sesampai di rumahnya, beliau ternyata memberi senyum ramah kepadanya
sembari menanyakan sakitnya.
Ia meminta maaf kepada Rasulullah SAW. " Sungguh engkau adalah orang yang sangat berhati mulia, arif, dan pemaaf. Tidak menaruh dendam sedikit pun, padahal aku telah menyakiti hatimu. Agama yang membuatmu berhati santun, arif, dan pemaaf, pastilah agama yang benar sesuai dengan fitrah manusia," kata Yahudi itu seraya masuk Islam.Sungguh indah kearifan itu, karena dapat melejitkan segala kebaikan, mentransfer keburukan menjadi kebaikan, permusuhan menjadi saling memaafkan.
" Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS. Fushshilat [41]: 34)
Begitulah dahulu Nabi SAW berdakwah dengan kearifan dan kesantunan hati, sehingga orang Yahudi yang sangat keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman (QS. al-Maidah [5]: 82) itu pun mengakui kemuliaan dan keluhuran moralitas Islam yang diteladankan Nabi SAW.
dan seharusnya aku tetap selalu semangat dan mencontoh mental Rasullah. Tidak perlu membalas nya dengan kejahatan, diamkan saja dan doakan.
semoga..aku bisa tetap hidup dengan jiwa yang rendah hati dan berfikir positif dengan semua yang datang dan pergi..
Ridhoi aku dengan limpahan kasih sayang MU Ya Allah
Ia meminta maaf kepada Rasulullah SAW. " Sungguh engkau adalah orang yang sangat berhati mulia, arif, dan pemaaf. Tidak menaruh dendam sedikit pun, padahal aku telah menyakiti hatimu. Agama yang membuatmu berhati santun, arif, dan pemaaf, pastilah agama yang benar sesuai dengan fitrah manusia," kata Yahudi itu seraya masuk Islam.Sungguh indah kearifan itu, karena dapat melejitkan segala kebaikan, mentransfer keburukan menjadi kebaikan, permusuhan menjadi saling memaafkan.
" Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS. Fushshilat [41]: 34)
Begitulah dahulu Nabi SAW berdakwah dengan kearifan dan kesantunan hati, sehingga orang Yahudi yang sangat keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman (QS. al-Maidah [5]: 82) itu pun mengakui kemuliaan dan keluhuran moralitas Islam yang diteladankan Nabi SAW.
dan seharusnya aku tetap selalu semangat dan mencontoh mental Rasullah. Tidak perlu membalas nya dengan kejahatan, diamkan saja dan doakan.
semoga..aku bisa tetap hidup dengan jiwa yang rendah hati dan berfikir positif dengan semua yang datang dan pergi..
Ridhoi aku dengan limpahan kasih sayang MU Ya Allah
0 komentar:
Posting Komentar